Bagian 1. Salah Koper
Grabak, grubuk.
Asha baru saja
sampai dari Bali, lelah bertambah-tambah di pundaknya, seluruh badan rasanya
pegal dan sakit.
“Mba Asha, mau
makan apa?” Tanya Bibi Dian lembut dari luar kamar.
“Kayaknya gak
dulu Bi, mau tidur banget” jawab Asha dari dalam kamarnya.
Enaknya tidur di
rumah bisik Asha, matanya kemudian melihat sekeliling, merebahkan badannya di
tempat tidur sambil memeluk boneka panda hadiah dari Ayahnya. Asha masih lelah
sekali, acara seminggu di Bali itu menyita waktu dan tenaganya. Presentasi, lobi-lobi
belum lagi banyak launching produk
baru yang membuatnya harus memperhatikan dengan seksama, karena akan di
presentasikan ulang di kantor. Ujung matanya melirik pada kopernya yang harus
segera di buka untuk membuat presentasi besok.
Matanya menyipit,
tertunduk tajam kearah koper lalu berteriak.
“Huahhh, Salah
koper!!!” teriakan lantang dari dalam kamar membuat kaget BibI Dian di dapur.
“Sialan, hari
ini harusnya masuk dan presentasi, gara-gara salah koper harus balik lagi deh
ke bandara” Dasar maskapai sialan” gerutu Asha sepanjang perjalanan, terlihat
sekali Asha bersungut-sungut dengan muka berlipat, Asha menancap gasnya mengendarai
freednya berusaha membelah macetnya Palembang.
“Buk” “Aduh kan
ni koper pake acara tabrakan lagi” Omel Asha sambil menarik kopernya yang
ternyata tertabrak dengan koper penumpang lainnya ketika akan masuk ruangan
Tiger airlines.
“Nah, nah, ini
koper gw” Asha bergumam dalam hati sambil menunjuk-nunjuk koper merah yang ada
di depannya.
“Oops, maaf mas
keceplosan” Asha berkata hati-hati. Matanya terpaku dengan laki-laki yang ada
didepannya. Laki-laki itu membawa koper miliknya.
“Iya benar ini
koper punyaku” Asha membatin sambil mengerut-ngerutkan wajahnya.
“Jadi ini,… gw”
terbata-bata Asha memulai obrolan dengan laki-laki tinggi di depannya.
Laki-laki yang
di tabrak oleh Asha duduk diam di depannya, Asha hanya diam memperhatikan
kemudian bergumam kecil “Yeilaa, gantengnyaaa “ Uppps maaf salah fokus, Asha
cekikikan dalam hati.
“Hmm, Iya ini
Koper Gw kan” Salah tingkah membuat Asha, asal ceplos. Bingung karena
keceplosan asha secepatya tertunduk malu.
“Iya ini Mbak kayaknya
punya orang, bukan punya saya” jawab laki-laki itu sopan
Tiba-tiba Customer Service Tiger Air datang dan
menanyakan keluhan mereka berdua. Selanjutnya masing-masing Asha dan Laki-laki
yang diketahui namanya Keanu itu menjelaskan kronologis keluhan mereka.
“Harap tunggu
sebentar Ibu asha dan Mas Keanu, kami cek dulu ya”Customer service itu kemudian akan menyiapkan administrasi case tertukar koper itu. Asha menggerutu
dalam hati “Lha, kok gw dipanggil Ibu,
doi di panggil mas” Hiks.
Beberapa lama
menunggu membuat Asha salah tingkah dan sesekali mencuri pandang ke Keanu yang
sibuk dengan gadgetnya.
Customer Service datang dan
memberitahukan penyelesaian proses administrasi dengan tidak lupa memohon maaf akan kesalahan yang
terjadi.
Sebelumnya Asha menegur
setengah berteriak “Hey” dia hendak mengucapkan terimakasih.
Tapi lelaki itu
diam saja dan melengos pergi tanpa basa basi.
“”Agrh, dasar
cowok sombong”” Asha menggerutu dan segera pergi meninggalkan Tiger Air juga.
Hari ini Asha mau
berangkat lagi kerja, ke Bali kemarin memang cukup melegakan itu semacam
melarikan diri dari masalah-masalah yang ada di kantor. Bukan masalah kerjaan
malah, tapi Manager Asha ternyata blak-blakan menyatakan cinta, kemudian
akhir-akhir ini bahkan sampai overprotektif
sekali dengannya, dan itu cukup mengganggu. Asha memandang ponsel nya yang
dari tadi berbunyi, notifikasi line dan telpon. Asha bergegas menuju kantornya tak
mempedulikan Line dan telponnya yang terus berdering.
Bagian 2. Deadline
“Sha, mana nih oleh-olehnya” Sapa
Maura
“Nih, oleh-oleh” Balas Asha sambil
melemparkan berkas-berkas diatas meja
“Hmm, Hmm” Pak Riza berdehem
kecil, isyarat menyuruh menjauh dari Asha dan Pak Riza
“Ada dong Ra “ Ini di bagi buat
teman-teman ya, Ashamenyerahkan bungkusan besar, setengah tidak memperdulikan
Bapak Riza yang sudah berdehem-dehem saja. Dari tadi.
Cha, masuk ke ruangan ya”
Perintah Bapak Riza dengan sombongnya
“Iya, Pak” Jawab Asha Sopan
Riza menjelaskan tentang akan ada
bos baru dari Bali, seharusnya Asha kemarin sudah bertemu dengan orang
tersebut.
Asha mendegarkan setengah malas,
dan segera kembali ke ruangan karena banyak sekali yang harus di kerjakan
sepeninggal dia pergi untuk meeting di Bali kemarin.
Ah bos baru malas sekali, dengan
Bapak Riza aja udah enek-enek alias menyebalkan dan,.. ah sudahlah Ashaa perlu
uang dia membutuhkannya untuk tetap hidup di Jakarta, menumpang di rumah Bibi sejak
kematian orangtuanya memaksanya harus mandiri, apalagi akhir-akhir ini situasi
di rumah bibi tidak menyenangkan karenanya dia harus segera membeli rumah dan
tinggal sendiri. Pikirannya melayang pada janjinya dnegan Bibinya.
“Anak perempuan tidak boleh menangis”
ujar Bibinya saat Asha kehilangan orangtuanya 5 tahun lalu, kata-kata itu demikian tegas entah bermaksud menenangkan
atau malah mengintimidasinya.
----
“Asha, udah pulang, Ini Kenalin
anak temen Bibi” Sapa Bibi saat Asha pulang
“ halo saya Karmasha, Apa Kabar”
Sapa Asha lembut kepada laki-laki gagah didepannya
“Good, Saya Ryan” Balas pemuda
itu
Wajahnya tidak terlalu tampan,
kulitnya sawo matang tapi dari mobil yang terparkir di depan mungkin saja pria
muda ini cukup mapan, Pikir Asha cepat.
“Maaf Bi, Asha banyak kerjaan mau
istirahat dulu” Asha berusaha pamit atau melarikan diri dari Bi Ida dan pemuda
itu.
Bibi Ida sudah dianggap orang tua
bagi Asha sejak kejadian kecelakaan yang menimpah Ayah dan Ibu, Bibilah tempat
Asha bersandar, akan tetapi Bibi selalu menjadi orang asing baginya setiap Bibi
mengenalkan pria muda kepada Asha.
“Sha, umurmu sudah cukup untuk
menikah, sampai umur segini kamu belum pernah membawa teman pria buat dikenalin
Bibi”
“Pikirkanlah, Segeralah untuk mencari jodoh”
“Jangan seperti Bibi!!”
Kata-kata itu selalu teringat di
benak Keicha, Bibi memang perawan tua di usianya yang sudah tua Bibi tak pernah
menentukan pilihan.
Bagian 3. Pertemuan Tak Terduga
Asha mau menaiki lift saat diriya
tak sengaja melihat Pria itu, iya pria yang tertukar koper saat di Bandara.
Setengah terkejut Keicha segera
bersembunyi, ngapain lelaki sombong itu di sini.
Lelaki itu segera masuk Lift.
Asha menarik nafas . untung deh. untung gak ketemu dengan lelaki itu.
Asha sedang akan menemui klien
baru, ketika Bapak Razi memanggil katanya akan ada meeting dengan bos baru.
Ya ampun rajin bener piker Asha
Bos baru tapi sudah langsung meeting aja, acara perkenalan dulu kek makan-makan
di mana gitu, bisik Keisha dalam hati.
“Selamat pagi semuanya” Sapa Direktur
baru.
Asha yang baru saja datang
langsung kaget, ya ampun ini kan ini kan,sambil menyembunyikan wajahnya yang kaget sekali, buru-buru tersadar
Asha segera mengambil tempat duduk.
“Saya harap, semua tim lebih disiplin, apalagi meeting datanglah tepat waktu”
Sindir Bapak Direktur yang baru
“ Nama saya Barata Yudha” Hidup ini ibarat perang besar
seperti nama saya
“Pangggil saja saya Barata””Baik saya akan menjelaskan tentang
rencana kerja kita satu tahun ke depan”
Hoh, Baiklah Bapak Barata Yudha
ini demikian workaholic, baru datang saja sudah harus ngerjain
proyek baru, rombak total proyek yang lama, ahh stress rasanya di buatnya.
Asha masih menggerutu, dan matanya kemudian tertuju pada
undangan diatas meja.
Congratulation for
your achievements yesterday,
Mari kita rayakan, saya tunggu jam 7 di Café Casablanka. Be
there
Riza
Arggh, semenit kemudian, Asha langsung bingung.
Belum selesai Ashakaget dna bingung dengan kartu ucapan itu, datang bbm dari Bibi.
“Asha, malam ini pulang cepat, Bibi sudah bikin janji makan
malam dengan Ryan jam 7 di rumah”
Asha langsung duduk lemas.
Asha masih memandangi bunga di depannya sambil teringat
bayangan masa lalunya.
Saat itu Asha masih sangat sedih Ayah dan Bundatelah tiada
karena kecelakaan pesawat dan meninggalkanya seorang diri.
Bibinya datang dan berkata, Bibi
akan merawatmu, tapi dengan syarat umur 25 harus sudah menikah, Harus !!, dan umur
25 itu tinggal 3 bulan lagi.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar