Bulan ramadhan telah berlalu dalam sepanjang bulan ramadhan ini kita digembleng untuk tunduk dan patuh pada perintah Allah dan kemudian dirayakan dengan kembali fitrah. Kembali dapat memulai rutinitas kehidupan setelah ramadhan dengan memaknai nilai ketakwaan adalah esensi dari ramadhan tersebut, hal ini sesuai dengan firman allah (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 183). Bukankah Baginda Rasulullah saw. pun mengukur kesempurnaan iman seseorang dari sejauh mana kemampuannya menundukkan hawa nafsunya pada semua aturan yang Beliau bawa, yakni aturan-aturan syariah?Idul fitri sekiranya membawa pada perbaikan diri meningkatnya kualitas diri dan kesalehan sosial. Prinsip-prinsip keduniawian yang menomorsatukan materi, kecurangan, dan merampas hak-hak orang lain demi ketamakan dan nafsu duniawi hendaknya dipangkas, pun jatuh menjatuhkan demi tercapainya tujuan bukanlah lagi jadi pilihan.
Sebagaimana puasa Ramadhan, Idul Fitri boleh saja pergi, dan Hari Raya Lebaran boleh saja tinggal kenangan. Namun, jika esensi Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, sementara kembali ke fitrah berarti kembali ke ke ketaatan kepada Allah dengan menjalankan syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, maka demikianlah seharusnya bangsa yang mayoritas Muslim ini bersikap. Apalagi, di samping secara fitrah manusia memang butuh diatur oleh syariah, syariah jugalah yang bisa menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, yang terbukti tidak pernah bisa menyelesaikan persoalannya sendiri.
In the fact, selama masa pembangunan negara ini dipenuhi oleh prinsip-prinsip kapitalisme-sekular, hasilnya ekonomi kita makin terpuruk , politik kita semakin carut marut, dunia pendidikan masih pada konflik un, dana bos dan peningkatan kesejahteraan rakyat pun makin sulit dicapai. Bahkan kemerdekaan kita pun terampas karena saat ini kita sesungguhnya sedang berada dalam perangkap penjajahan baru (neo-imperialisme)—secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya dan seterusnya. Tapi ini tentu saja pernyataan skeptis, sebagai umat islam dan negara dengan mayoritas islam terbesar tentu kejayaan negara ini adalah impian dari setiap kami (pemuda) ataupun rakyat secara keseluruhan (iam trying to be optimistic).
Sebagai pemuda penerus tonggak kejayaan bangsa (doktrin:as a agent) tentu saja kita harus selalu berada pada pegangan agama yang sesungguhnya, menjadikan agama sebagai pedoman dan prinsip hidup, bukan malah dengan bebas menjadikan agama adalah kedok. Akhir ramadhan ini kita dikejutkan dengan tewasnya buronan 9 tahun polisi dan bommakers di negara ini nurdin m top (distracted from another case??) meneror dengan kedok jihad dan agama kepada setiap lini yang memungkinkan, khususnya pemuda (jadi inget zaman di rohis, yang muda yang belajar agama). Masih mudahnya terdoktrin dan juga sulitnya mencari pijakan karena masalah pribadi keluarga membuat kesulitan untuk mencari titik kebenaran ilahiah yang sesungguhnya, hebatnya nurdin bisa melakukannya membuat orang untuk mati, bahkan reradikalisasi pun gagal menjadi solusi (it was so amazing rite;-(..coba jadi motivator entrepreneur kan makin banyak deh pengusaha lokal pemasukan bagi negara)
Maka agama adalah kekuatan, pedoman, tuntunan. Agama pada fitrahnya tidak akan membawa pada kesengsaraan seperti pengrusakan dan pembunuhan yang dilakukan teroris ataupun perampasan hak yang dilakukan para koruptor. Fitrah islam adalah rahmatan lil alamin, dan islam adalah a peace maker. Kenapa masih seperti ini seperti begini, kita tak boleh kalah oleh stigma or stereotipe, bahwa kita tidak benar-benar mengamalkan islam dan syariahnya dalam lini kehidupan sekecil-kecilnya bahkan sebesar-besarnya adalah pertanyaan(buat saya juga sih, mari saling mendoakan dan jangan lupa diamalkan.. diamalkan...). Sebagai seorang muda yang nantinya akan berada pada jalur kekuasaan atau pembuat keputusan kita harus lebih banyak mengali dan mencari ilmu tentu saja dengan dukungan lingkungan yang kondusif, harapannya kita mampu mengevolusi diri kita kembali pada nilai ketakwaan yang hakiki.
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta.
(QS Thaha [20]: 124
Selamat hari raya idul fitri
Minal aidin walfaidzin
Ied Mubarak *-*
Sebagaimana puasa Ramadhan, Idul Fitri boleh saja pergi, dan Hari Raya Lebaran boleh saja tinggal kenangan. Namun, jika esensi Idul Fitri adalah kembali ke fitrah, sementara kembali ke fitrah berarti kembali ke ke ketaatan kepada Allah dengan menjalankan syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan, maka demikianlah seharusnya bangsa yang mayoritas Muslim ini bersikap. Apalagi, di samping secara fitrah manusia memang butuh diatur oleh syariah, syariah jugalah yang bisa menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, yang terbukti tidak pernah bisa menyelesaikan persoalannya sendiri.
In the fact, selama masa pembangunan negara ini dipenuhi oleh prinsip-prinsip kapitalisme-sekular, hasilnya ekonomi kita makin terpuruk , politik kita semakin carut marut, dunia pendidikan masih pada konflik un, dana bos dan peningkatan kesejahteraan rakyat pun makin sulit dicapai. Bahkan kemerdekaan kita pun terampas karena saat ini kita sesungguhnya sedang berada dalam perangkap penjajahan baru (neo-imperialisme)—secara ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya dan seterusnya. Tapi ini tentu saja pernyataan skeptis, sebagai umat islam dan negara dengan mayoritas islam terbesar tentu kejayaan negara ini adalah impian dari setiap kami (pemuda) ataupun rakyat secara keseluruhan (iam trying to be optimistic).
Sebagai pemuda penerus tonggak kejayaan bangsa (doktrin:as a agent) tentu saja kita harus selalu berada pada pegangan agama yang sesungguhnya, menjadikan agama sebagai pedoman dan prinsip hidup, bukan malah dengan bebas menjadikan agama adalah kedok. Akhir ramadhan ini kita dikejutkan dengan tewasnya buronan 9 tahun polisi dan bommakers di negara ini nurdin m top (distracted from another case??) meneror dengan kedok jihad dan agama kepada setiap lini yang memungkinkan, khususnya pemuda (jadi inget zaman di rohis, yang muda yang belajar agama). Masih mudahnya terdoktrin dan juga sulitnya mencari pijakan karena masalah pribadi keluarga membuat kesulitan untuk mencari titik kebenaran ilahiah yang sesungguhnya, hebatnya nurdin bisa melakukannya membuat orang untuk mati, bahkan reradikalisasi pun gagal menjadi solusi (it was so amazing rite;-(..coba jadi motivator entrepreneur kan makin banyak deh pengusaha lokal pemasukan bagi negara)
Maka agama adalah kekuatan, pedoman, tuntunan. Agama pada fitrahnya tidak akan membawa pada kesengsaraan seperti pengrusakan dan pembunuhan yang dilakukan teroris ataupun perampasan hak yang dilakukan para koruptor. Fitrah islam adalah rahmatan lil alamin, dan islam adalah a peace maker. Kenapa masih seperti ini seperti begini, kita tak boleh kalah oleh stigma or stereotipe, bahwa kita tidak benar-benar mengamalkan islam dan syariahnya dalam lini kehidupan sekecil-kecilnya bahkan sebesar-besarnya adalah pertanyaan(buat saya juga sih, mari saling mendoakan dan jangan lupa diamalkan.. diamalkan...). Sebagai seorang muda yang nantinya akan berada pada jalur kekuasaan atau pembuat keputusan kita harus lebih banyak mengali dan mencari ilmu tentu saja dengan dukungan lingkungan yang kondusif, harapannya kita mampu mengevolusi diri kita kembali pada nilai ketakwaan yang hakiki.
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta.
(QS Thaha [20]: 124
Selamat hari raya idul fitri
Minal aidin walfaidzin
Ied Mubarak *-*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar